R-10-2 : Raihlah Puncak Prestasi Dunia dan Akhirat

R-10-2 : Raihlah Puncak Prestasi Dunia dan Akhirat

Selasa, 30 Maret 2010

Hidup Adalah Perjuangan....lanjutan

Berjuang Melatih Diri untuk Berprasangka Baik

Dalam keseharian kita, ketika menemukan sesuatu yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran yang kita pahami, seketika itu kita akan bereaksi. Entah dengan ekspresi ucapan, tindakan, atau mungkin hanya sekedar umpatan dalam hati. Dan ekspresi itu sering kali mengarah kepada prasangka negatif.
Padahal yang sangat biasa misalnya kita ditengah jalan yang biasa dilalui orang banyak, kita menemukan kotoran anjing, secara cepat perasaan kita terganggu dengan umpatan yang akan keluar untuk anjing itu. Tapi bagi orang yang berprasangka baik ia akan berpikir bahwa mungkin sebentar lagi Allah akan menurunkan hujan dari langgit, karena tidak ada yang akan menyingkirkan kotoran anjing itu dari tengah jalan kecuali hujan lebat yang menyingkirkan setiap kotoran. Ini sekedar contoh prasangka baik dari orang yang selalu melihat sisi lain dari sesuatu, meskipun itu hal negatif.
Begitu juga ketika kita menyaksikan seorang lelaki dan perempuan berada disebuah tempat, maka kita akan berprasangka baik bahwa keduanya adalah suami istri yang bersantai berdua. Hal ini akan lebih baik dari pada kita menyimpulkan bahwa keduannya sedang berselingkuh atau melakukan hal-hal yang negatif. Kecuali jika kita mengenal orang itu dan kita bisa membuktikan bahwa keduanya sedang melakukan hal-hal yang mungkar, yang melanggar aturan-aturan Allah SWT.
Selalu melihat sisi lain dari sesuatu akan memalingkan kita dari prasangka buruk yang akan merugikan kita sendiri. Maka jika kita orang yang banyak berprasangka buruk, barang kali kita perlu mencoba selalu melihat sisi yang berbeda. Mudah-mudahan dengan sikap seperti itu akan menghilangkan prasangka buruk kita kepada Allah, kepada manusia, atau kepada apa saja yang mungkin mengganggu perasaan kita.

Berjuang Melatih Kemampuan Sensitivitas dan Menghaluskan Perasaan


Orang yang mampu melihat sesuatu dari dua sisi, biasanya memiliki sensitivitas dan kewaspadaan yang tinggi. Sehingga ia dapat mengambil manfaat dari apa yang dilihat dan dirasakan.
Seorang alim terkenal bernama al Junaid berkata, bahwa suatu ketika Sary As Saqthiy meberikan kepadanya sehelai kain bertuliskan, sebait puisi” aku menangis. Tahukah apa yang membuatku menangis? Aku menagis karena khawatir engkau meningalkanku dan engkau putuskan hubungan kita lalu engkau lari dariku.” Ungkapan ini didengar as Saqtiy dari seorang gembala kambing yang melantunkannya disebuah jalan di Makkah.
Betapa kuatnya pengaruh puisi diatas bagi seorang As Saqthiy sehingga ia ingin agar Al Junaid juga tahu akan apa yang dia dengar dari pengembala kambing itu. Dia berangapan bahwa orang lain pun sangat layak mendengar apa yang ia dengar itu.
Ada banyak orang yang memiliki tabiat kasar dan pemahaman yang rendah. Sebagian nereka, saat mendengar kalimat seperti diatas, selalu tak nyaman. Tidak heran jika mereka melarang orang lain untuk mendengarkan bait-bait syair dan senandung, karena mereka hanya membawa kata-kata itu pada tujuan-tujuan hawa nafsu. Al Junaid dan As Saqthiy adalah orang yang perlu kita tiru. Jika kita melihat kedua orang itu, maka akan kita saksikan bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki sensitivitas yang tinggi dan mengerti apa yang sedang ia dengar, karena mereka selalu melihat sisi yang berbeda. Itulah yang membedakan mereka dengan orang-orang yang berwatak kasar, mengingkari ungkapan-ungkapan seperti itu karena tidak memahami maknanya.
Mereka yang arif dapat mengabil pelajaran dari makna yang terdalam dalam kata-kata seperti diatas. Ia seperti sedang berbicara dengan kekasihnya dengan makna bait diatas, “Aku menangis karena rasa khawatir Engkau palingkan wajah-Mu dan engkau menjauh dari-Ku.” Itulah sisi lain yang ditangkap As Saqhtiy.
Kesadaran rohaninya yang begitu tinggi langsung hidup ketika mendengarkan ungkapan itu pertama kali. Sehingga dapat mengambilnya sebagai suatu yang penting yang tersirat dari apa yang dikatakan oleh orang-orang awam, sekalipun.
Ibnu Aqil juga pernah menuliskan sebuah senandung kepada para syaikh terkemuka yang ia dengar dari seorang wanita. Senandung itu adalah, “Kucuci ia sepanjang malam. Kupijit ia sepanjang hari. Ia keluar mencari selain diriku. Jatuhlah ia ditanah yang kotor.” Selintas kita mungkin menangkapnya sebagai sebuah rintihan dari seorang wanita yang ditinggal suaminnya lalu mencari kesenangan dengan wanita-wanita lain yang bermoral rendah. Tapi ibnu aqil menangkapnya dari sisi lain yang maknannya, “ wahai hamba-Ku, Aku telah sempurnakan ciptaanmu, Aku telah perbaiki seluruh urusanmu, dan aku sempurnakan bentuk tubuhmu, namun engkau hadapkan wajahmu kepada selain diriku. Cobalah engkau lihat apa akibat yang menimpamu jika engkau menentang-Ku.”
Sungguh sebuah perasaan yang halus yang lahir dari sebuah kejernihan dan kebeningan mata hati karena selalu melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. sbr tbw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar